Rumah Yatim Indonesia Empat 07 April jam 0:59 Balas
KASIHANILAH DIRI KITA
“ DAN BARANG SIAPA YANG BERSYUKUR MAKA SESUNGGUHNYA DIA BERSYUKUR UNTUK
(KEBAIKAN) DIRINYA SENDIRI dan barang siapa yang ingkar, maka sesungguhnya
Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia". ( An-Naml : 40 )
” DAN BARANG SIAPA YANG MENYUCIKAN DIRINYA, SESUNGGUHNYA IA MENYUCIKAN DIRI
UNTUK KEBAIKAN DIRINYA SENDIRI. Dan kepada Allah-lah kembali (mu) “ (Al-
Faathir :18 ).
Dari tadi pagi hujan mengguyur kota tanpa henti, udara yang biasanya sangat
panas, hari ini terasa sangat dingin. Di jalanan hanya sesekali mobil yang
lewat, hari ini hari libur membuat orang kota malas untuk keluar rumah.
Di perempatan jalan, Umar,seorang anak kecil berlari-lari menghampiri mobil
yang berhenti di lampu merah, dia membiarkan tubuhnya terguyur air hujan,
hanya saja dia begitu erat melindungi koran dagangannya dengan lembaran
plastik.
"Korannya bu ?" tawar Umar berusaha mengalahkan suara air hujan.
Dari balik kaca mobil si ibu menatap dengan kasihan, dalam hatinya dia
merenung anak sekecil ini harus berhujan-hujan untuk menjual
koran.Dikeluarkannya satu lembar dua puluh ribuan dari lipatan dompet dan
membuka sedikit kaca mobil untuk mengulurkan lembaran uang.
"Mau koran yang mana bu?" tanya Umar dengan riang.
"Nggak usah, ini buat kamu makan, kalau koran tadi pagi aku juga sudah
baca," jawab si ibu.
Si Umar kecil itu tampak terpaku, lalu diulurkan kembali uang dua puluh ribu
yang dia terima.
"Terima kasih bu, saya menjual koran, kalau ibu mau beli koran silakan,
tetapi kalau ibu memberikan secara cuma-cuma, mohon maaf saya tidak bisa
menerimanya?, Umar berkata dengan muka penuh ketulusan.
Dengan geram si ibu menerima kembali pemberiannya, raut mukanya tampak
kesal, dengan cepat dinaikkannya kaca mobil.
Dari dalam mobil dia menggerutu "Udah miskin sombong!".
Kakinya menginjak pedal gas karena lampu menunjukkan warna hijau,
meninggalkan Umar yang termenung penuh tanda tanya.
Umar berlari lagi ketepi, dia mencoba merapatkan tubuhnya dengan dinding
ruko tempatnya berteduh.Tangan kecilnya sesekali mengusap muka untuk
menghilangkan butir - butir air yang masih menempel.Sambil termenung dia
menatap nanar rintik - rintik hujan didepannya,
"Ya Tuhan, hari ini belum satupun koranku yang laku," gumamnya lemah.
Hari beranjak sore namun hujan belum juga reda, Umar masih saja duduk
berteduh di emperan ruko, sesekali tampak tangannya memegangi perut yang
sudah mulai lapar.
Tiba - tiba didepannya sebuah mobil berhenti, seorang bapak dengan bersungut
- sungut turun dari mobil menuju tempat sampah,
"Tukang gorengan sialan, minyak kaya gini bisa bikin batuk," Dengan penuh
kebencian dicampakkannya satu plastik gorengan ke dalam tong sampah, dan
beranjak kembali masuk ke mobil.
Umar dengan langkah cepat menghampiri laki - laki yang ada di mobil.
"Mohon maaf pak, bolehkah saya mengambil makanan yang baru saja bapak buang
untuk saya makan," pinta Umar dengan penuh harap.
Pria itu tertegun, luar biasa anak kecil didepannya. Harusnya dia bisa saja
mengambilnya dari tong sampah tanpa harus meminta ijin. Muncul perasaan
belas kasihan dari dalam hatinya.
"Nak, bapak bisa membelikan kamu makanan yang baru, kalau kamu mau."
"Terima kasih pak, satu kantong gorengan itu rasanya sudah cukup bagi saya,
boleh khan pak?" tanya Umar sekali lagi.
"Bbbbbooolehh?" jawab pria tersebut dengan tertegun.
Umar berlari riang menuju tong sampah, dengan wajah sangat bahagia dia mulai
makan gorengan, sesekali dia tersenyum melihat laki-laki yang dari tadi
masih memandanginya.
Dari dalam mobil sang bapak memandangi terus Umar yang sedang makan. Dengan
perasaan berkecamuk didekatinya Umar.
"Nak, bolehkah bapak bertanya, kenapa kamu harus meminta ijinku untuk
mengambil makanan yang sudah aku buang," Dengan lembut pria itu bertanya dan
menatap wajah anak kecil didepannya dengan penuh perasaan kasihan.
"Karena saya melihat bapak yang membuangnya, saya akan merasakan enaknya
makanan halal ini kalau saya bisa meminta ijin kepada pemiliknya, meskipun
buat bapak mungkin sudah tidak berharga, tapi bagi saya makanan ini sangat
berharga, dan saya pantas untuk meminta ijin memakannya," jawab si anak
sambil membersihkan bibirnya dari sisa minyak goreng.
Pria itu sejenak terdiam, dalam batinnya berkata, anak ini sangat luar
biasa.
"Satu lagi nak, aku kasihan melihatmu, aku lihat kamu basah dan kedinginan,
aku ingin membelikanmu makanan lain yang lebih layak, tetapi mengapa kamu
menolaknya?"
Si anak kecil tersenyum dengan manis,
"Maaf pak, bukan maksud saya menolak rejeki dari Bapak. Buat saya makan
sekantong gorengan hari ini sudah lebih dari cukup. Kalau saya mencampakkan
gorengan ini dan menerima tawaran makanan yang lain yang menurut Bapak lebih
layak, maka sekantong gorengan itu menjadi mubazir, basah oleh air hujan dan
hanya akan jadi makanan tikus."
"Tapi bukankah kamu mensia-siakan peluang untuk mendapatkan yang lebih baik
dan lebih nikmat dengan makan di restoran dimana aku yang akan mentraktir,"
ujar sang bapak dengan nada agak tinggi karena merasa anak didepannya
berfikir keliru.
Umar menatap wajah laki-laki didepannya dengan tatapan yang sangat teduh,
"Pak !, saya sudah sangat bersyukur atas berkah sekantong gorengan hari ini.
Saya lapar dan bapak mengijinkan saya memakannya dan saya merasa berbahagia,
bukankah bahagia adalah bersyukur dan merasa cukup atas anugerah hari ini,
bukan menikmati sesuatu yang nikmat dan hebat hari ini tetapi menimbulkan
keinginan dan kedahagaan untuk mendapatkannya kembali dikemudian hari."
Umar berhenti berbicara sebentar, lalu diciumnya tangan laki-laki didepannya
untuk berpamitan. Dengan suara lirih dan tulus Umar melanjutkan
kembali,"Kalau hari ini saya makan di restoran dan menikmati kelezatannya
dan keesokan harinya saya menginginkannya kembali sementara bapak tidak lagi
mentraktir saya, maka saya sangat khawatir apakah saya masih bisa merasakan
kebahagiaannya."
Pria tersebut masih saja terpana, dia mengamati anak kecil didepannya yang
sedang sibuk merapikan koran dan kemudian berpamitan pergi.
"TERNYATA BUKAN DIA YANG HARUS DIKASIHANI, HARUSNYA AKU YANG LAYAK
DIKASIHANI, KARENA AKU JARANG BISA BERDAMAI DENGAN HARI INI."
Jika kita meletakkan kebahagiaan di luar diri kita maka kita tidak akan
pernah merasa bahagia.
KITA TAK MEMERLUKAN APA-APA UNTUK BAHAGIA. KEBAHAGIAAN ADA DALAM DIRI KITA
SENDIRI, PERMASALAHANNYA ADALAH KITA SERING KALI MENCARI KELUAR DIRI UNTUK
MENEMUKANNYA.
” Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah
(atom), dan jika ada kebaikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipat
gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar ”.( An-Nisaa’ :40
)
” Sesungguhnya Allah tidak berbuat aniaya kepada manusia sedikit pun, akan
tetapi manusia itulah yang berbuat aniaya kepada diri mereka sendiri.”
(Yunus : 44 )
” Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya,
kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang ” (An-Nisaa’ 110 )
http://www.rumah-yatim-indonesia.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar